15 Agustus, 2023

Ulang Tahun ke-44 Persadaan Tarigan Mergana


PMS - Ketua Umum Persadaan Tarigan Mergana (PENTARINA) Anak Beru ras Anak Beru Menterina wilayah Sidikalang sekitarnya H. Anwar Sani Tarigan, S.E mengucapkan selamat ulang tahun ke - 44 kepada PENTARINA dan berharap persaudaraan kekeluargaan tetap terjalin dalam bingkai adat dan budaya ... 


Lagu Ketua PMS Sidikalang Emanuel Sinuraya, S.P dan Isteri Bungaria br. Ginting, S.Pd

suku Karo. Sementara itu Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pemuda Merga Silima Robert H. Ginting, A.P, M.Si yang juga anak beru Tarigan Mergana turut berbahagia serta mengucapkan selamat ulang tahun kepada PENTARINA. 

Robert Ginting berharap adat dan budaya Karo tetap di pertahankan dan di terapkan dalam setiap kehidupan dimulai dari manusia lahir, menikah sampai meninggal dunia. Ia juga berpesan agar Pemerintah membuat kebijakan agar ada pendidikan terkait adat dan budaya seluruh Indonesia dan tidak hanya terbatas budaya lokal. 

Anak beru Masak Hidangan Makan Siang

Hal ini agar semua generasi penerus tau aturan dan adat setiap suku yang  menjadi kekayaan Republik Indonesia ini. Ikut meramaikan acara perkolongkolong Pedro Ginting dan beru Sembiring.

Marga Tarigan ini tadinya berdiam di sebuah Gunung, yang kini berubah menjadi Danau Toba. Mereka disebut sebagai bangsa Umang. Pada suatu hari, istri manusia Umang Tarigan ini mengeluarkan banyak darah saat melahirkan. Darah ini tiba-tiba menjadi kabut, dan kemudian jadilah sebuah danau. 

Melayani Penukaran Uang Sawerang / Cokong Cokong Menyanyi

Cerita ini menggambarkan terjadinya Danau Toba dan migrasi orang Tarigan dari daerah tersebut ke Purba Tua, Cingkes, dan Tungtung Batu. Tiga orang keturunan marga Tarigan kemudian sampai ke Tongging yang waktu itu diserang oleh burung Sigurda-gurda berkepala tujuh. Untuk itu Tarigan, memasang seorang anak gadis menjadi umpan guna membunuh burung Sigurda-gurda tersebut

Membuat Cimpa

Di bawah gadis itu digalilah lubang tempat sebagai benteng marga Tarigan. Ketika burung Sigurda-gurda datang dan hendak menerkam anak gadis itu, maka Tarigan ini lalu memanjat pohon dan menyumpit (eltep) kepala burung garuda itu. 

Pasukan Anak Beru Sedang memasak

Enam kepala kena sumpit, akan tetapi satu kepala tesembunyi di balik dahan kayu. Salah seorang marga Tarigan ini lalu memanjat pohon dan menusuk kepala itu dengan pisau. Melalui kisah ini, marga Tarigan dikenal tangguh dan dapat mengalahkan musuh.

Beberapa generasi setelah kejadian ini, tiga orang keturunan marga Tarigan ini diberi nama menurut keahliannya masing-masing, yakni:

·         Tarigan Pertendong (ahli telepati).

·         Pengeltep (ahli menyumpit).

·         Pernangkih-nangkih (ahli panjat).

Tarigan pengeltep kawin dengan beru Ginting Manik. Diadakanlah pembagian wilayah antara penghulu Tongging dengan Tarigan Pengeltep. Tarigan menyumpitkan eltepnya sampai ke Tongtong Batu. Tarigan lalu pergi kesana, dan itulah sebabnya pendiri kampung (Simantek Kuta) di Sidikalang dan sekitarnya adalah Tarigan Gersang. 

Iris Gula Merah Untuk Cimpa Oleh Cerdas br. Sembiring

Tarigan Pertendong dan Tarigan Pernangkih-nangkih tinggal di Tongging dan keturunannya kemudian mejadi Tarigan Purba, Sibero, dan Cingkes, baik yang di Toba maupun yang di Simalungun. 


Ginting Mergana Artis Karo Sejak Indonesia Merdeka

Beberapa generasi kemudian berangkatlah dua orang marga Tarigan dari Tongtong Batu ke Juhar, yang kemudian di Juhar dikenal sebagai Tarigan Sibayak dan Tarigan Jambor Lateng. Tarigan Sebayak mempunyai nama rurun Batu (laki-laki) dan Pagit (perempuan). 

Sementara nama rurun Tarigan Jambor Lateng adalah Tarik (laki-laki) dan Lumbung (perempuan) Kemudian datang pulalah Tarigan Rumah Jahe dengan nama rurun Kawas (laki-laki) dan Dombat (perempuan). Sumber id.wikipedia.org


2 komentar:

Mohon Tinggalkan Pesan