PMS - Seni
tari terbagi atas 3 bagian, yaitu: 1. Tari kepercayaan. 2. Tari adat. 3. Tari
muda-mudi. Tari Kepercayaan : Tari
ini biasanya ditarikan oleh banyak orang; tari perseluken (guru sibaso), tari
tungkat dan sebagainya.... Tari ini semulanya lambat dan makin lama makin cepat,
hingga penari menjadi kemasukan roh seperti keadaan penari kuda kepang.
Gerak-geriknya adalah merupakan gerak-gerik yang mirip dengan gerak tari india.
Penari guru sibaso umpamanya tidak memakai tudung. Cukup dengan layam
lanja-lanja yang dibungai dengan bunga rudang gara (kembang sepatu). Tiada
berbaju tetapi berkain uis gara dan bergonje. Yang diutamakan ialah kelempiran
tangan dan kecocokan endek berikut jolenya.
Tari adat : Penari-penari mempergunakan pakaian-pakaian yang
indah-indah berikut perhiasan emas dan sebagainya. Keadaan ini masih terus
berlaku sampai sekarang. Terutama dalam kerja mehuli. Hanya jumlah penari sudah
berkurang yang terdiri dari sukut anak beru senina dan kalimbubu.
Kekurangan
ini terjadi disebabkan sudah banyak orang tidak pandai menari. Tari Muda-mudi Keadaan
tari ini juga telah agak merosot. Karena pelakunya hanya terbatas yaitu yang
hanya terdiri dari pemuda-pemudi kampung saja, sebab pemuda-pemudi kota
terutama kaum terpelajar agak malu / segan mempelajari atau menarikan tari
tersebut.
Tambahan disekolah pun didaerah puak karo tari-tari itu tidak
diajarkan. Berlainan dengan di jawa. Mereka lebih suka mempelajari tari joget
modern yang di import dari barat. Karena tari tersebut adalah lebih tinggi
mutunya dari tari daerahnya sendiri menurut hemat mereka.
Seperti tari adat
tadi adalah lempir tan endek dan jole yang diutamakan dalam tari. Gerak lompat,
angkat kaki, gerak perut, gerak buta-buta tidak diingini. Karena mengandung
tendens kasar bagi karo.
Berikut endek, jole dan lempir tan, juga ada
digerakkan kepala dan pundak. Keadaan sebelum merdeka dengan yang sekarang
adalah lain. Percampuran daerah dengan daerah mengubah milliu dan jiwa karo.
Keadaan tari yang biasanya saat menghendaki kedinamisan sesuai dengan dinamisme
jiwa. Untuk itu baiklah kita cari irama-irama yang dinamis yang terdapat
lagu-lagu asli dalam serunai diperbaharui dan tidak menyeleweng.
Contoh amat
gila (lagu melayu) sebelum merdeka adalah rendah dan tak beraturan. Tetapi setelah
merdeka, beberapa tokoh seni tari melayu telah berusaha menyempurnakannya
dengan aturan-aturan baru hingga menghasilkan tari pulau sasri dan serampang
duabelas yang bagus.
Usaha kearah ini untuk seni tari karo telah diusahakan
oleh beberapa orang dengan piso serit, pecat-pecat, dll. Memang pada mulanya
keadaan baru tidak mengenakkan perasaan yang lama; tapi akhirnya ia dapat
memasuki alam merasa indah itu.
Sebagaimana air terus mengalir dari ulu sampai
kehilir, begitu pula keadaan harus berjalan. Sebagaimana air melewati jalanya
sungai agar jangan banjir, begitu pula seni tari harus ditentukan jalannya dan
arahnya yang baik. Harus diusahakan agar ia jangan merusak sendi-sendi
kepribadian seni karo.
SENI BANGUN-BANGUNAN
Seni
bangun-bangunan terbagi atas beberapa bahagian, diantaranya rumah adat, sapo
page, jambur, lesung, geriten, kejeren, dll.
Rumah Adat. Style rumah adat
terutama pada atapnya adalah condong kepada bangunan-bangunan seperti kuil-kuil
di tiongkok yaitu melengkung. Tapi ditiap ujungnya dilukiskan gambar banten
dengan tanduk. Ia memakai dua beranda (ture) dan mempunyai dua ayo pula.
Pada
ayonya dibuat bayu-bayu yang berukir-ukir. Sifat palasnya terdiri dari 2 macam,
ada yang berpalaskan bersigat sendi (rumah sendi) dan ada pula yang berpalaskan
sangka manuk.
Dindingnya diperbuat dari kayu yang dibelah-belah menyerupai
papan dan pelekatnya dipergunakan retret yaitu tali yang diperbuat dari pada
ijuk. Alat-alat untuk membuat rumah yang demikian hanya terdiri dari pahat,
parang, beliung dan benang arang.
Ada rumah yang berjenjang dua tingkat yaitu
rumah tersek ada yang beranjung-anjung yang disebut rumah anjung-anjung.
Geriten. Pada geriten dibuat
hasil kerja seni bangunan yang sesempurna-sempurnanya dengan ayo, tanduk dan
anjung-anjung yang indah.
Lesung, jambur, sapo page
dan kejeren Keindahannya hanya terdapat pada bentuk atap dan ukir-ukiran yang ada
dipergunakan untuk itu.
Sumber : Buku Mutiara Hijau Budaya Karo. Penerbit Balai Adat Budaya Karo (Sastra Klasik, Seni & Adat, Serta Pemerintahannya). 2012. Penyunting : Drs. Sarjani Tarigan, MSP
👍👍👍
BalasHapus