24 Juni, 2023

Seni Musik Karo Tradisionil

PMS DAIRI
Pada mulanya manusia ini dijadikan Allah, dengan perantaraan Benua Keling, dalam keadaan senang tiada mengenal mati. Dengan keadaan ini sampai jumlah mereka 48 orang. Akan tetapi pada suatu ketika, hujan lebat dengan tiada henti-hentinya, kilat sabung-menyabung, badai, topan mengamuk dengan dahsyatnya. Seorang dari anak yang dikasihi, seorang putri yang cantik, mendapat kematian. Oleh sebab itu, permaisuri (kemberahen) sangat berduka cita. la berkehendak... 

agar ia lebih duluan mati daripada anaknya. Ketika itu bersuaralah : 1. Tungtung. 2. Dua Katak. 3. Gaya (cacing). 4. Kayat 7 sedahan (sebangsa kumbang). 5. Burung Ampuk. Seekor dari pada kayat itu, terbang kemulut salah seorang putri yang bernama Siberu Mbalu. Gelaran siberu mbalu inilah Guru Sibaso. Mendengar raung permaisuri, maka berkatalah siberu mbalu kepada permaisuri, yaitu untuk mencegah anak yang mati, disuruhnyalah permaisuri meniru suara: Tungtung, suara kayat 7 sedahan, suara cacing, suara katak dan suara burung ampuk. 

Oleh karena itu permaisuri menyuruh Panda Jarang Pardosi dan Guru-Mata Labang meniru suara tersebut. Inilah asal-usul terjadinya musik Karo Tradisionil dimana : 1. Suara Tungtung = suara Gendang. 2. Suara Gaya (cacing) = suara Serunai. 3. Suara Ampuk = suara Penganak (canang). 4. Suara Kayat 7 sedahan = suara gong. 5. Suara Katak = suara Tepak-Tepuk.

Dari uraian ini kita mendapat kesimpulan bahwa Penggual Lima Sedalanen tidak berpisah dengan Guru Sibaso. Seni musik ini dapat kita bagi atas 2 bagian, yaitu : a. Seni Suara: Perkolong-kolong, Guru Sibaso, Guru Pertabas-tabas, Guru Perdawel-dawel dan lain sebagainya. b. Dengan Alat Musik : Serunai, gendang, kecapi, kelobat, serdam.

 A. SENI SUARA

Menilik isi lagu dalam suatu pesta gendang, maka seni suara dapat kita bagi 5 bagian, yaitu : 1. Bernyanyi gembira (nyanyian perkolong-kolong). 2. Nyanyian tabas yang berisikan magic oleh guru pertabas-tabas. 3. Nyanyian yang bersifat percintaan (guro-guro aron). 4. Nyanyian sedih atau tangis pada upacara meninggal. 5. Nyanyian berupa cerita seperti turin-turin sibayak barus jahe, turin-turin Sitera jile-jile dan lain-lain.

B. SENI MUSIK

Menurut pemakaian alat-alat musik Karo tradisi, maka alat-alat ini dapat kita bagi atas 2 kelompok yaitu : Kelompok I. a. Serunai (alat tiup). b. Gendang Singindungi (alat pukul). c. Gendang Singanaki (alat pukul).  d. Penganak/ canang  (alat pukul).  e. Gong  (alat pukul). Kelompok II. a. Belobat (alat tiup). b. Suerdam (alat tiup).  c. Suluing (alat tiup).  d. Keteng-keteng (alat pukul). e. Kulcapi . (alat petik).  f. Merbab  (alat gesek).

LAGU-LAGU TRADISI YANG BERSIFAT HOMOPHONE.

Lagu-lagu ini dapat kita bagi atas bagian menurut namanya. a. Lagu tabas Lagu ini berisikan mantera yang dibawakan oleh Guru Penawar dan Guru Pardewel-dewel. Iramanya masih dalam penyelidikan. b. Lagu tangis Lagu ini dipakai pada upacara orang meninggal. c. Lagu katoneng-katoneng. 

Lagu ini dipakai pada upacara Mengket rumah baru (memasuki rumah baru) dan perkawinan. d. Lagu pingko-pingko Lagu pingko-pingko itu adalah sejenis lagu tradisi karo yang bersifat satu suara. Lagu ini juga bisa dinyanyikan oleh perkolong-kolong dan muda mudi dikampung-kampung. e. Lagu perkolong-kolong.  Isi lagu perkolong-kolong ialah orang yang terampil menari, menyanyi yang dapat memikat hati para penonton.

Sumber : Buku Mutiara Hijau Budaya Karo. Penerbit  Balai Adat Budaya Karo (Sastra Klasik, Seni & Adat, Serta Pemerintahannya). 2012. Penyunting : Drs. Sarjani Tarigan, MSP

1 komentar:

Mohon Tinggalkan Pesan