21 Juni, 2023

Seni dan Sastera Karo

PMS DAIRI -  Dalam sastera karo terdapat : 1. Pantun. 2. Pantun berkait. 3. Gurindam. 4. Sajak berasenasi. 5. Peribahasa. 6. Peribahasa (pepatah). 7. Tamsil. 8. Prosa, yang terdiri dari legenda, mythe dan fable. 9. Ndung-ndungen. Adapun sastera karo semuanya masih termasuk sastera klasik, pantun. Umpamanya: Rumpah page marsuli, Kertah kedeng belembang buluh, Torah ate mesui. Lampas medem melawen tunduh. Pantun berkaitan yang terutama dilakukan oleh perkolong-kolong. Umpamanya: a. Bereng-bereng kudibah, Lada jera pagar batuna, Enterem jelma kuidah, Sada kenang ateku ngena. b. Sudu panta nigelas, Lau mencirem batu iuras, Adi tuhu kata nibelas, La pe minem labo aku muas. Gurindam : ump. Kurtak-kurtik sigambo-gambo, Mistak sitik kualo-alo, Isuan galuh urat-ureten, Isuan ngaruh tama perubaten. Sajak berasionasi: umpamanya pantun karo... 


adalah berasionasi Peribahasa: ump. Bagi perdabuh great re-reban, dauh ingan na naktak, dauh inganna cibal. Pepatah ump. Page kerbo sigunduk limang, tertatap lau meciho, terinem lau megembur.

Prosa: Legenda tentang Turi-turin Pulau Berhala,dll

Mythe tentang Turi-turin Beru Paterijo, dll

Fabel tentang Turi-turin Kerajaan Ketadu, dll

Ndung-ndungen: ump. Cuan sikitik-kitik, penaka-naka binara,

Idah kam aku kitik-kitik, kueteh nge bicara

Metruum:

Metruum pada sastra karo tidak dapat disebut mengikuti peraturan jembe, anapese,dll. Karena ia mempunyai type tersendiri. Lunak kerasnya tergantung kepada pembicara, hanya ia terdiri atas tiga nada yaitu : tinggi, menengah dan rendah.

Bahasa berirama yang banyak, umpama yang terdapat dalam mang-mang. Kata-kata dalam mangmang ini umpama, "tawarta enda maka pagar, pagar pengarkari, pengarkari nipi jahat. Mata tio hale kata bilang-bilang........, bilang-bilang anak sembiring mergana si liah la teralang.

 Tinjauan Sastera

Sastera karo mempunyai kedudukan yang teguh. Keteguhan ini dapat diambil dari pernyataan sarjana, RENWARD BRANDSTTER Ph.D. dalambukunya Mandgrafing Hetgian Root and word the Indonesian Langage, seperti terdapt yang disebut pada halaman 19, antara lain: "Dengan begitu dalam beberapa hal untuk memperoleh pandangan umum, kami harus mempergunakan bahasa lain sebagai ganti bahasa jawa kuno

Memang terdapat beberapa bahasa Indonesia yang masih acheis dalam sistem ilmu fonctiknya dan type kata-katanya. Terutama bahasa karo lah yang masuk bahasa yang dimaksudkan itu. Berarti bahwa selain bahasa jawa kuno adalah bahasa karo satu bahasa yang masih mempunyai keaslian yang besar. Kenyataan ini terdapat umpamanya dalam : a Adat dan upacara kepercayaan. b. Bahasa bertutur (kenal mengenal). c. Kata-kata dalam upacara kematian, umpamanya: Adi sendah teran sora pepagi teran rupa, bagem nindu anakku, turang nandena, kite-kitengku kubibindu, ketampilenku kumamandu...dan seterusnya.

Pengaruh yang masuk kedalamnya ialah dari kebudayaan India,  Tiongkok dan Parsi. Umpamanya ceritera: Bunga Bankawali, Si Beru Dayang, Malim Deman, Patimar, dsb. Dan pengaruh-pengaruh bahasa daerah yang berdekat umpama: Melayu dengan kata Kutau asal mulamu jadi

Jaman sesudah kedatangan Belanda:

Banyak sedikitnya kesusasteraan karo juga dimasuki / dipengaruhi kebudayaan Belanda. Beberapa buku-buku telah dikeluarkan oleh Zendeling Hindia Belanda. Ump. Merga Silima, dsb. Seterusnya untunglah diantara pemuka-pemuka kesusasteraan karo ada yang menulis buku-buku: a. Baban Nggeluh. b. Beru Patimar. c. Sandiwara-sandiwara. d. Majalah; Matawari. e. Rudang Mayang Majalah. f. Buku: Adat Karo. g. Terlong, Majalah.

Seni Patung:

Umumnya pembuatan patung ditujukan kearah: bagaimana membuat patung itu agar ia jelek dan mengerikan, yaitu keindahan tidak diperdulikan. Patung digunakan oleh datu-datu penusur sebagai alat-alat relogie. Karena umumnya patung itu adalah hasil kerja dari datu penusur khusus, yang mana tidak semuanya dari mereka itu ahli pahat, tembahan karena kerja itu adalah hak chusus bagi mereka, maka keadaan pematungan tidaklah dapat dikatakan sempurna. Keadaan yang lebih maju telah ditempuh oleh: Pa

Terupung di tahun 1926 dimana ia membuat tambut (mask) yang sudah mengandung  keindahan.

Rhetorica (Seni Kata).

Umumnya orang-orang karo suka sekali mengadakan pidato-pidato dalam kenduri-kenduri adat. Orang yang ahli disebut: PERCAKAP-CAKAP. Fidato initerbagi atas: a. Pidato biasa, umpamanya dalam menaiki rumah baru. b. Pidato biasa, umpamanya dalam berlangir. c. Pidato istimewa, dalam meminang puteri dari kalimbubu; dalam hal ini dua orang wali dari masing-masing pihak berhadapan. d. Pidato sambil menangis, ump: dalam kematian.

Pidato dalam bahasa karo terdiri dari: a. Pidato biasa (berdiri saja). b. Pidato adat berdiri atau duduk). Kebiasaan Pidato : 1. Berpidato sambil menari, dan pidato sambil menangis. 2. Berpidato biasa.

Penjelasan :

Pidato atau berbicara meminang, adalah sebuah pidato yang halus. Umpamanya:  enda enggo kita elah man ...... kai menda kata nakan "kata kalimbubu labo itogan, sebab kalimbubu ngetaduken, anak beru nge during" (kiasan) dsb.

Pidato menangis:

Pidato ini secara revlectief atau secara direct. Reviectief: "Anakku sibeluh pepulungken mamandu nterem, kugange ningku ngalo-ngalosa mamandu itadingken kam e. kelengi kel pagi bapa moudu-oudu kutadingken bage me nindu rupa.

Direct: enggo gia bagenda beberengku ngobah ngeluk nandangi taneh kelengasen, indah negeri ndai, nterem denga kel kapen kami arah pudi si ngekelengi kam anak berungku....

Pidato sambil menari: Pidato ini biasanya dijalankan dalam kerja mehuli, umpama ngeringeri manaiki rumah baru, erpangir kulau sifatnya secara direct. Pidato biasanya tidak mementingkan berapi-api.

Tambahan :

Cakap lumat biasanya dilakukan oleh pemuda-pemudi. Keahlian didalam melakukan cakap lumat ini membuat berhasilnya tujuan pembicara. Keadaan sebelum belanda datang cakap lumat sangat popular, didalam pergaulan pemuda-pemudi. Ada kalanya bahwa kaum pria harus meninggalkan bulangnya karena ia tidak dapat membalas cakap halus sipemudi. Begitu pula sebaliknya, sipemudi harus menyerahkan tudungya

atau harus mengawini si pria jika ia tidak dapat membalas cakap halus pria. Tidak heran bahwa bercakapan itu berlangsung selama satu hari satu malam. Percakapan, antara lain berbunyi:

Dari pemuda: banci ngenda aku nangkih kuture..........?

Dari pemudi: banci kam kudas kaka, adi beluh kam arah cikai e selambar

enda kudas. Kehalusan bicara.

"Adi banci min turang, kam min ateku jadi nande sukar nande si mupus"

"Ula meterayak meterudu, melasken sorandu medalit, katandu mehuli.

Natalah kam lebai seya ibas uruk meganjang, ndedahlah kam lebei seya ibas

gendang meriah" gelah ula kam mandang roka dung peranin. (kiasan).


Sumber : Buku Mutiara Hijau Budaya Karo. Penerbit  Balai Adat Budaya Karo (Sastra Klasik, Seni & Adat, Serta Pemerintahannya). 2012. Penyunting : Drs. Sarjani Tarigan, MSP

1 komentar:

Mohon Tinggalkan Pesan