Kembali
ke laptop. Sihotang jadi Sekda namun kepiawaiannya serta pengetahuannya tentang
birokrasi pemerintahan yang mumpuni,
sepertinya membuat tidak nyaman.
Sehingga ia pun di lengeserkan dan bersabar sampai saat ini
kemudian dia digantikan Budi, rivalnya dulu. Padahal melihat paradigma penunjukan
atau pengangkatan Pj Bupati, sosok Sihotang memiliki peluang sangat besar
karena banyak Alumni APDN atau STPDN atau IPDN yang menjadi penjabat.
Janji
kampanye membuat perubahan waktu Pilkada untuk kedua kalinya nge prank dan akhirnya
Budi pun dilantik menjadi Sekda. Memang
ada sedikit gejolak di kalangan yang katanya tokoh, namun bukan rahasia umum
karena pada akhirnya mereka diajak tertawa bersama dengan banyak jatah kerjaan kacangan
maupun sesuatu yang nyata lembaran-lembaran di depan mata yang jelas, kemudian
memilih diam.
Banyak
orang bertanya, kenapa lebih memilih Budi menjadi Sekda yang nota bene orang
Karo dibandingkan pejabat birokrasi dari orang lain yang sudah 2 kali di pranknya?
Mari
kita lihat-lihat. Suku Karo dengan ikatan kekerabatan adat dan budaya Karo
diperkirakan lebih dari 50.000 pemilih. Suku Karo sepertinya agak lebih sulit di
prank sehingga dengan modal Sekda dari orang Karo, maka mungkin boss itu
berpikir orang Karo akan bangga dan memilih dia jika dia bisa maju menjadi
calon kepala daerah periode mendatang.
Tentu
ia sudah berpikir dan mempersiapkan jawaban ngeles
atau menghindar untuk membenarkan diri agar dimaafkan karena nge-prank. Simpel saja, ketika ditanya
mengapa ia tidak menepati janjinya untuk mengangkat Sekda dari suku dan agama
sesuai janji kampanye perubahan Pak boss?
Jawaban
yang mungkin akan di sampaikan adalah : Sekda itu hanya di Kantor saja tidak punya
anggaran dan tidak bisa membangun bersama masyarakat. Maka saya telah melantik pejabat-pejabat
dari suku saya di jabatan-jabatan yang sangat strategis dan mengelola anggaran
besar.
Tapi
sepertinya boss itu lupa, kalau tidak salah, ada 30 Pejabat Eselon 2 (Sekda,
Asisten, Staf Ahli, Kadis dan Kepala Badan) hanya diisi oleh 7 orang saja dari sukunya.Jadi,
untuk ke-3 kalinya dia mungkin nge-prank.
Oke,
kita kembali ke analis suku Karo. Dari 30 pejabat eselon 2, jumlah Pejabat Eselon 2 Karo itu hanya 3 orang dan
dari 3 orang ini menurut cerita kawan kawan tidak semua yang suka grasak-grusuk
dan merasa sangat hebat di kalangan suku Karo terutama ketika berbicara tentang
masyarakat Karo di Dapil 4. Mari kita lihat pejabat eselon 3 orang Karo, dari
sekitar 130 jabatan eselon 3 setingat sekretaris, kepada bagian, camat, sekcam
dan kepala bidang ternyata hanya 7 orang Karo yang ikut dalam gerbong pejabat
eselon 3 itu. Tidak ada yang luar biasa.
Lanjut
ke cerita nge-prank nya, kini sepertinya
dia kurang beruntung, over dosis walau penulis yakin dia juga lagi di prank sama pejabat tinggi itu. Pasti
kata kata pranknya kepada boss, bahwa
mereka menjamin orang Karo akan membela di Pilkada, dijamin 1.000 persen, kata
mereka. Maunya boss bertanya kepada masyarakat apa saja dosa pejabat tinggi
yang sangat di percayanya itu ketika dulu ada yg beruntung jadi pejabat di tempat
tugas mereka sebelumnya. Semakin sering mereka dibawa dia ke tengah masyarakat
maka akan semakin bertambah orang sadar kalau masyarakat lagi di uji untuk prank berikutnya.
Ah, sudahlah jargon membuat perubahan yang hobby nge-prank walau itu terjadi mungkin karena boss pun sebenarnya menjadi korban prank pembisik-pembisiknya. Jangan berharap orang Karo akan membelamu boss di mimpi periode berikutnya nya nanti. Apalagi organisasi Karo pun sepertinya di musuhi nya terutama Sekdanya yang juga orang Karo. Padahal jika dilihat dari peta masyarakat adat dan budaya Karo di Dapil itu, orang Karo sangat mencintai organisasi yang mau berjuang untuk melestarikan dan menjaga adat budaya karo. Berharap tidak di musuhi tapi di rangkul. Sadarlah boss, bangun dari mimpimu, orang-orang di sekitarmu hanya mencoba belajar nge-prank dirimu.
Penulis :Christ DB, Turkey.
Foto dari https://www.bridestory.com/id/blog/rich-in-tradition-batak-wedding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Tinggalkan Pesan