Beru Dayang hidup dengan ibunya di sebuah kampung. Suatu ketika, Beru Dayang menangis di pangkuan ibunya, karena menahan lapar. Sang ibu hanya bisa menangis dan memeluk Beru Dayang. Tanpa disadari, Si Beru Dayang akhirnya meninggal dunia di pangkuan ibunya karena kelaparan akibat kemarau panjang. Kepergian Si Beru Dayang membuat sang ibu semakin bertambah sedih. Ia pun memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai yang dalam.
Namun, tidak ada masyarakat yang tahu bahwa ibu Beru Dayang bunuh diri. Konon, ia tidak mati, melainkan berubah menjadi seekor ikan. Munculnya padi Kemarau terus saja melanda, hingga suatu ketika seorang anak kecil menemukan buah berbentuk bulat sebesar buah labu. Buah tersebut menggegerkan seluruh kerajaan hingga sang raja turut melihatnya.
Tiba-tiba terdengar suara dari langit yang menjelaskan bahwa buah tersebut adalah jelmaan dari anak kecil bernama Si Beru Dayang. Suara misterius tersebut kemudian memerintahkan supaya buah itu dibagi rata ke seluruh penduduk, agar mereka menanamnya dengan baik supaya menjadi makanan. Tidak hanya itu, suara dari langit juga mengatakan bahwa Beru Dayang sangat rindu dengan ibunya. Ia meminta untuk dipertemukan dengan ibunya yang menjelma menjadi ikan di sungai.
Jika permintaan Si Beru Dayang dikabulkan, kelak penduduk kerajaan tidak akan kelaparan lagi. Setelah itu, raja memerintahkan agar pesan yang disampaikan oleh suara dari langit itu segera dilaksanakan. Setelah dilaksanakan, tiga bulan kemudian, buah tersebut menguning dan siap untuk dipanen. Begitu dipanen, buah itu dijemur dan ditumbuk untuk dipisahkan kulit dengan isinya.
Isi buah itu lantas dimasak. Ternyata, buah
tersebut adalah padi. Baca juga: Legenda Asal-usul Selat Bali Kemudian untuk
mempertemukan Beru Dayang dengan ibunya, masyarakat Karo menyantap makanan
bersama dengan ikan. Demikianlah, kisah asal mula padi di masyarakat Karo.
Sumber : https://www.kompas.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Tinggalkan Pesan