LEGENDA - Tidak banyak tahu legenda Karo "Pawang Ternalem" yang
berasal dari Perbatasan Karo-Dairi, ternyata menginspirasi warga Karo di
perantauan, terutama di Kabupaten Langkat. Konon Pawang Ternalem berkelana ke
sejumlah tempat di Kabupaten Langkat. Kisah rakyat Karo berawal dari lahirnya
bayi, menurut kepercayaan Karo kelahirannya di hari pembawa sial. Kemudian Ayah
dan Ibu bayi beruntun meninggal. Ia sempat dibesarkan oleh binatang dan
menjadi sakti di kawasan Kecamatan Batangserangan dan memperoleh jodoh wanita
cantik asal kampung Jenggi Kumawar Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.
Iwan Purba, pemerhati budaya yang ditemui wartawan SIB di kediamannya di Binjai medio Mei lalu mengaku, lokasi Jenggi Kumawar Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat, salah satu lokasi situs budaya Karo yakni Pawang Ternalem yang menyampaikan pesan moral dan patut dilestarikan. Kisah Pawang Ternalem, sebutnya selama ini mulai terlupakan, seiring perkembangan zaman. Apalagi legenda Karo itu jarang ditemukan dalam buku cerita yang cukup representatif, termasuk di lembaga formal seperti sekolah. Padahal dari segi konteks, cerita rakyat itu cukup menginspirasi tidak hanya suku Karo, namun juga masyarakat Langkat dan lainnya.
Di daerah Jenggi Kumawar dilakukan
sayembara oleh Kepala Kampung Jenggi Kumawar yang memiliki putri cantik
Patimar. Selayaknya kawasan itu menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Langkat,
semisal membuat tugu sebagai pertanda kepada generasi muda bahwa
Kecamatan Selesai Langkat dan sekitarnya merupakan saksi legenda Karo yang
dikenal masyarakat secara luas.
Iwan Purba yang juga dikenal sebagai guru
spritual mengaku kisah legenda Pawang Ternalem diketahuinya dari kakeknya yakni
Abdullah Karo-karo yang pernah menjabat Ketua DPRD Langkat tahun 1965-1966.
Sebagai rasa tanggung jawab moral, ia pun wajib menceritakan kisah leluhur itu
pada anak dan cucunya. Pelajaran dari kisah Pawang Ternalem pantas dilestarikan
bila dikaitkan dengan kehidupan kekinian yang mengajarkan bahwa, setinggi
apapun pangkat dan derajat seseorang jangan memandang rendah orang lain
termasuk melihat seseorang dari segi fisik, ganteng, cantik atau jelek, hitam
atau putih. Semua manusia sama sebagai ciptaan Tuhan. Sebaliknya seseorang
tidak boleh pasrah dengan takdir.
Satu lagi pelajaran berharga dari Pawang
Ternalem, sebut Iwan Purba, sekalipun ia ditipu dan disesatkan oleh banyak
orang tetapi ia tetap bangkit dan tidak terjatuh. Bahkan Ia menjadi orang hebat
dan sakti serta memiliki istri tercantik, anak terpandang, kaya di negeri
sesuai zamannya.Seperti dikisahkan Iwan Purba, Pawang Ternalem saat berumur 10
tahun pernah tersesat di jalan setapak di Kawasan Batangserangan saat mengikuti
jejak pembeli garam untuk menuju kawasan Pangkalan Brandan.
Saat tersesat itu, ia bertemu dengan
seorang sakti penguasa hutan, Datuk Rubia Gande. Datuk ini akhirnya membesarkan
Pawang Ternalem, termasuk mengajarkan ilmu kesaktian dan pengobatan. Suatu
ketika di Desa Jenggi Kemawar terjadi musibah. Patimar, putri kepala kampung,
menderita penyakit tak kunjung sembuh. Tidak ada dukun dan obat yang mampu
menyembuhkannya. Satu-satunya pengharapan hanya pada madu yang ada di pohon
Tualang Simande Angin, pohon keramat yang tidak ada orang yang mampu
memanjatnya.
Kepala Kampung Jenggi Kemawar kemudian
mengadakan sayembara. Siapa yang mampu memanjat Tualang Simande Angin, dan
mengambil madu untuk putrinya, maka ia akan menikahkan putrinya pada pemuda
itu. Pawang Ternalem pun ditugaskan Datuk Rubia Gande untuk mengambil madu.
Tapi sebelum berangkat, Datuk mengubah wajah Ternalem jadi seperti hewan.
Hingga akhirnya Ternalem berhasil mengambil
madu di pohon keramat itu, padahal sudah banyak orang yang mati, gagal menaiki
pohon. Pawang ternalem terkenal sakti dan tiada tanding di zamannya, mampu
menaklukan pohon tertinggi itu dan memperoleh madu untuk putri Patimar. Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Tinggalkan Pesan