14 Desember, 2022

LEGENDA KARO TARI GUNDALA GUNDALA

LEGENDA - Tari Gundala-gundala merupakan salah satu kesenian tradisional dari tanah Karo, Sumatera Utata. Dahulu, tari Gundala-Gundala yang identik dengan topeng berukuran besar ini, ditampilkan untuk memanggil hujan saat musim kemarau atau disebut Ndilo Wari Udan. Para pemain Gundala, umumnya menggunakan topeng dari kayu berukuran cukup besar, serta baju khusus berwarna putih dan beberapa asesoris lainnya. Namun, saat ini tari Gundala-Gundala kerap dimainkan di beberapa acara hiburan ataupun pentas seni. 
Bagi Masyarakat Karo sendiri, Tari Gundala-Gundala memiliki nilai budaya dan spritual. Pasalnya, adanya Tari Gundala-Gundala karena adanya kisah atau legenda yang menyedihkan.

Ada beberapa versi asal mula adanya tari Gundala-gundala, namun ada satu kisah yang dipercaya pernah terjadi yang menjadi awal mula terbentuknya tari Gundala-Gundala, yakni tentang seekor burung bernama Gurda-Gurdi. Tarian ini lahir dari sebuah legenda di tanah Karo. Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Sibayak. Suatu hari Raja itu seekor burung raksasa. Burung tersebut merupakan jelmaan dari petapa sakti yang bernama Gurda-gurdi. Lalu Raja Sibayak membawa pulang Gurda-gurdi dan menjadikannya sebagai penjaga putrinya.

 

Suatu ketika sang raja bertemu dengan mahluk gaib yang ternyata adalah jelmaan dari seorang pertapa sakti berbentuk burung raksasa bernama Gurda-Gurdi. Singkat cerita burung tersebut pun dibawa Raja pulang ke istana dan menjadi penjaga sang putri. Gurda-Gurdi ini dilegendakan memiliki kekuatan ajaib untuk melindungi sang putri dari segala mara bahaya dan ancaman musuh. Suatu ketika sang putri asik bercanda dengan Gurda-Gurdi hingga ia menyentuh paruh sang burung raksasa. Merasa tidak senang, Gurda-Gurdi menunjukkan sikap tidak sopan kepada putri hingga panglima raja yang melihat kejadian tersebut berusaha menenangkan Gurda-Gurdi dengan cara mengelus paruh burung tersebut.

Akan tetapi Gurda-Gurdi semakin marah, dan terlibat peekelahian segit dengan  sang panglima. Kekuatan Gurda-gurdi terletak pada paruhnya Oleh sebab itu ada larangan yang menyatakan bahwa paruhnya tidak boleh disentuh oleh siapapun. Suatu ketika paruh tesebut tersentuh oleh sang putri. Gurda-gurdi pun menjadi marah dan memberontak. Melihat kejadian itu, Raja Sibayak mengutus pasukannya untuk menyerang Gurda-gurdi. Hingga akhirnya Gurda-gurdi itu pun meninggal. Menyaksikan perkelahian tersebut, raja Sibayak memahami bahwa panglima sudah diambang kekalahan.


Ia kemudian menyuruh para pengawal memberi bantuan dari jarak jauh. Gurda-Gurdi terkena pukulan keras hingga meninggal. Setelah Gurda-Gurni meregang nyawa barulah sang Putri menyatakan kejadian yang sebenarnya. Bahwa sebelum kejadian itu Gurda-Gurdi telah memberitahukan, bahwa titik kekuatan mistisnya terletak pada paruhnya. 


Oleh karena itu ia tidak mau seorangpun menyentuh bagian tubuhnya tersebut. Akibat kelalaian Sang Putri dan ketidaktahuan panglima, Gurda-Gurdi meninggal dunia. Kematian Gurda-Gurdi yang selalu setia menjaga putri menyebabkan kesedihan mendalam di seluruh pelosok istana dan rakyat. Mereka menangis dan berkabung. Hujan deras pun turun di hari kematiannya. Legenda tersebut pun diadaptasi menjadi sebuah tarian bernama Gundala-Gundala yang sebenarnya memuat kisah sedih mengenai Gurda –Gurdi. Sumber : https://medan.tribunnews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Tinggalkan Pesan