25 Oktober, 2022

NGOPI SORE DENGAN DANDIM O206 DAIRI

PMS DAIRI- Sosok dari Letkol Arh. Ridwan B. Sulistyawan,SIP, Dandim 0206 mengantikan Letkol Arm. Adietya.Y. Nurtono,SH.  Dandim 0206 ini memiliki dua wilayah kerja yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten .Pakpak Bharat. Sore hari, senin 24 Oktober 2022 bertempat di Drill Café Sidikalang ngopi bareng dengan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pemuda Merga Silima (PMS) Kabupaten Dairi – Robert Hendra Ginting, A.P, M.Si. Kali ini Ketua DPD PMS Dairi bersama Ketua PMS Kecamatan Sidikalang – Emanuel Sinuraya,SP dan Yosua Perdamenta 

Bangun yang juga Pengurus DPD PMS Dairi, turut serta sahabat Maringan Panjaitan dari Pers.

Dandim 0206 menyampaikan berbagai nasehat dan motivasi terkait peran aktif masyarakat Kabupaten Dairi terkhusus masyarakat Karo untuk bersama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republlik Indonesia. Keutuhan itu tidak hanya pernyataan sikap untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetapi lebih luas lagi ikut merajut persatuan dan kesatuan masyarakat adat yang juga masyarakat social di Kabupaten Dairi. Menurut Letkol Ridwan, kebhinekaan itu merupakan rumusan dari jiwa Bangsa Indonesia yang beragam suku dan budaya kemudian dirajut oleh Pancasila sebagai falsafah kehidupan Bangsa.

Ketua DPD PMS Dairi merasa bangga akan kehadiran sosok Dandim 0206 yang sederhana, suka berolahraga lari maupun jalan kaki pagi siang atau sore  bersama Istri dan sangat bersahabat dengan masyarakat Kabupaten Dairi. 

"DPD Pemuda Merga Silima Kabupaten Dairi sangat senang memiliki seorang pemimpin seperti Bapak Letkol. Ridwan B. Sulistyawan yang rendah hati dan selalu menitipkan pesan untuk lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan masyarakat serta mempergunakan suku, adat budaya menjadi perekat keberagaman masyarakat di Kabupaten Dairi. Adat dan budaya itu kekayaan Indonesia, suku dan budaya apapun dia mari kita saling menghargai dan hidup layaknya seperti saudara kandung kita sendiri, itu pesan yang selalu di sampaikan Pak Dandim "  Pungkas Robert Ginting.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika di pita. Bhinneka Tunggal Ika adalah moto  atau semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya adalah “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kata bhinnêka berasal dari dua kata yang mengalami sandi,  yaitu bhinna 'terpisah, berbeda' dan ika 'itu'. Kata tunggal berarti 'satu'. Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika dapat diartikan "Itu berbeda, itu satu", yang bermakna meskipun beranekaragam, pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap merupakan satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam adat dan budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14, di bawah pemerintahan Raja Rajasanagara, yang juga dikenal sebagai Hayam Wuruk Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha.

Ada lebih dari 1.340 suku bangsa di Indonesia menurut sensus Badan Pusat Statistik pada tahun 2010. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri seperti ke Malaysia dan Suriname 


Suku Sunda, Suku Batak , dan Suku Madura  adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua , memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang. Sebagian besar bahasa daerah masuk dalam golongan rumpun bahasa Austronesia, meskipun demikian sejumlah besar suku di Papua tergolong dalam rumpun bahasa Papua  atau Malenesia.


Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak dan tidak jelas akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling mempengaruhi; sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Cirebon adalah suku tersendiri dengan dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah subetnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula suku Baduy dan suku Banten yang sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan suku Sunda. Contoh lain percampuran suku bangsa adalah suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Tinggalkan Pesan