Berlangsung selama
kurang lebih seminggu lamanya, seluruh lapisan masyarakat dapat ikut merayakan
Pesta Kerja Tahun, kecuali yang baru saja berduka. Misalnya keluarga yang baru
kehilangan anggota keluarganya kurang dari jangka waktu setahun. Dalam hal ini,
keluarga tersebut tidak diperbolehkan merayakan pesta kerja tahun.
Setiap hari dalam masa
Pesta Kerja Tahun diberi nama berbeda sesuai dengan hewan yang dicari untuk
dijadikan lauk.
Misalnya hari pertama
yaitu Cikor-kor, yaitu mencari serangga bernama kor-kor, hari kedua
dinamai Cikurung untuk mencari serangga bernama kurung, hari ketiga
masyarakat Karo akan mencari ikan, dan hari tersebut disebut sebagai Ndurung.
Sedangkan hari keempat
diberi nama Motong atau Mantem. Pada hari tersebut, penduduk
setempat akan menyembelih hewan berkaki empat seperti kerbau, sapi, atau babi.
Hari kelima dinamai Matana, yaitu waktu saat setiap orang saling mengunjungi
satu sama lain, dan dilanjutkan dengan Nimpa di hari keenam.
Di masa Nimpa,
masyarakat setempat akan membuat kue tradisional bernama cimpa, dan diakhiri dengan Rebuna di hari
ketujuh. Pada masa Rebuna, setiap orang akan beristirahat setelah
melakukan Pesta Kerja Tahun.
Mirip dengan tradisi
Lebaran, saat Pesta Kerja Tahun setiap keluarga akan bersilaturahmi dengan cara
saling berkunjung ke rumah masing-masing. Dan ketika berkunjung, pengunjung
diwajibkan makan di rumah orang yang ia kunjungi.
Puncak acara dari Pesta
Kerja Tahun adalah Gendang Guro-Guro Aron. Yaitu acara budaya
tradisional Karo yang berlangsung selama dua malam di aula desa. Gendang
Guro-guro Aron biasanya dilakukan pada hari keempat dan kelim
Bukan hanya para remaja yang diperbolehkan untuk menari bersama, tetapi juga orang tua, sesuai arahan dari pembawa acara . Sehingga Pesta Kerja Tahun menjadi pesta hanya para remaja yang diperbolehkan untuk menari bersama, tetapi juga orangtua, sesuai arahan dari pembawa acara . Sehingga Pesta Kerja Tahun menjadi pesta budaya yang masih ramai dikunjungi dan selalu dinantikan, terutama bagi para perantau-perantau.
Sumber : 1. Buku Adat Karo Sirulo - Tuntunan Praktis Adat Istadat Karo Jjilid 1, Penulis Malek Ukur Ginting, Tahun 2008. 2. Ranan Adat , Orat Nggeluh, Rikut Bicara Kalak Karo, Ope Tubuh Seh Idilo Dibata, Penulis : Pdt. Sada Kata Ginting Suka,M,Th, Tahun 2013. 3. Sumber Lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Tinggalkan Pesan